Cerita Nyata
Kisah kenyataan, kisah alami, true story
Minggu, 15 Januari 2017
Membangun Romantisme Dihadapan Allah
Selasa, 06 Desember 2016
CURHAT SEORANG WANITA
Seorang istri bercerita:
Dulu ana datang ke suami ana, justru ana yang menawarkan diri ke suami, "Akhi maukah menikah dengan ana?'' tawarku padanya.
Waktu itu dia masih kuliah semester 8. Dia cuma bengong seribu bahasa.
Beberapa saat setelah setengah kesadarannya, dia berucap, ''Afwan ukh, anti pengen mahar apa dari ana?''
"Cukup antum bersedia menikah denganku saja itu sudah lebih dari cukup."
Bak orang awam mendaki gunung yang tinggi lagi extreme, ehh dianya langsung lemes kayak pingsan.
Besoknya datang nazhar, terus khitbah. Lalu untuk ngumpulin uang buat nikah, dia jual sepeda & komputernya untuk mahar juga.
Di awal pernikahan dia gak punya pendapatan apa2. Kita usaha bareng dan ana gak pernah nanya seberapa pendapatannya ataupun dia kerja apa.
Selama ana nikah dengannya ana belum pernah minta uang. Hingga kinipun kalo gak dikasih ya diam. Saat beras habis, ana ga masak. Saat dia nanya, "Kok gak masak beras dek?"
"Habis mas" jawabku.
"Kok gak minta uang?" lanjutnya.
Ana gak jawab, takut suami gak punya kalo ana minta. Jadi ana takut menyinggung perasaannya.
Kalo kita menghormati suami, maka suami akan menyayangi kita lebih dari rasa sayang kita ke dia.
Bahkan usaha sekarang dah maju pesat. Alhamdulillah, ibarat kata: uang 50 juta dah hal biasa. Lalu suatu hari ana tawarkan dia nikah lagi namun dia gak mau. Katanya ana itu tidak ada duanya hehe..
Rezeki bisa dicari bersama. Bagi ana usaha yang dicari bersama suami susah-payah bersama, setelah sukses maka banyak kenangan manis yang tak terlupa. Kita jadi saling memahami & mengerti karakter masing2 karena kita sering berinteraksi.
Dan bukan hal yang hina bagi ana kalo ada seorang akhawat datang menawarkan diri ke ikhwan. Ana dulu hanya melihat dari bacaan Qur'annya yg bagus & dia sangat menjaga sholatnya itu aja ga lebih.
Jadi para akhawat yg belum menikah, apa yang menghalangi anda untuk menikah muda? Apa karena melihat pendapatan materi dari ikhwan yang menghalanginya?
*Demikian kisah seorang istri tersebut
Rabu, 30 November 2016
KISAH HIKMAH: Jangan Pernah Berhenti Berdoa
Senin, 28 November 2016
… KISAH NYATA DARI TANAH ARAB …Buah Dari Kesabaran Yang Tak Berbatas
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim …
Biasanya saya melihatnya bekerja bersama pekerja lainnya menggarap proyek bangunan di tengah terik matahari kota Riyadh yang sampai saat ini belum bisa ramah dikulit saya.
“Oh kamu tidak tahu?” Jawabnya balik bertanya, memakai bahasa Ingris khas India yang bercampur dengan logat urdhu yang pekat.
“Iyah beberapa minggu ini dia gak terlihat di Mushola ya?” Jawab saya.
Selepas itu, tanpa saya duga iqbal bercerita panjang lebar tentang Ammar.
Saya mendengarkan dengan seksama.
Ternyata Amar datang ke kota Riyadh ini lima tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 2004 lalu.
Sayang, kehidupan memang tidak selamanya bersahabat.
Meski demikian, Ammar tetap gigih mencari pekerjaan.
Bulan pertama berlalu kering, bulan kedua semakin berat…
Bulan ketiga hingga tahun tahun berikutnya kepedihan Ammar tidak kunjung berakhir..
Waktu bergeser lamban dan berat, telah lima tahun Ammar hidup berpindah pindah di Kota ini. Bekerja dibawah tekanan panas matahari dan suasana Kota yang garang.
Tapi amar tetap bertahan dalam kesabaran.
Amar seperti terjerat di belantara Kota ini. Pulang ke suddan bukan pilihan terbaik, ia sudah melangkah, ia harus membawa perubahan untuk kehidupan keluarganya di negeri Sudan. Itu tekadnya.
Tapi Ammar pun Manusia. Ditahun kelima ini ia tidak tahan lagi menahan malu dengan teman temannya yang ia kenal, sudah lima tahun ia berpindah pindah kerja dan numpang di teman temannya tapi kehidupannya tidak kunjung berubah.
Ia memesan dari saat itu supaya bisa lebih murah. Tiket sudah ditangan, dan jadwal terbang masih minggu depan.
Ia mengikatkan tas kosongnya di pinggang, kemudian mengambil wudhu.. memabasahi wajahnya yang hitam legam, mengusap rambutnya yang keriting dengan air.
Lalu ia masuk mesjid. Shalat 2 rakaat untuk menghormati masjid. Ia duduk menunggu mutawwa memulai shalat berjamaah.
Ia diam, Dilihatnya beberapa mushaf al Qur’an yang tersimpan rapi di pilar pilar mesjid yang kokoh itu. Ia mengmbil salah satunya, bibirnya mulai bergetar membaca taawudz dan terus membaca al Qur’an hingga adzan Ashar tiba menyapanya.
Seperti pagi itu, ia adalah orang pertama yang terbangun di sudut kota itu. Ammar mengumandangkan suara indahnya memanggil jiwa jiwa untuk shalat, membangunkan seisi kota saat fajar menyingsing menyapa Kota.
Adzannya memang khas. Hingga bukan sebuah kebetulan juga jika Prince (Putra Raja Saudi) di kota itu juga terpanggil untuk shalat Subuh berjamaah disana.
Hingga jadwal penerbanganpun tiba. Ditiket tertulis jadwal penerbangan ke Sudan jam 05:23am, artinya ia harus sudah ada di bandara jam 3 pagi atau 2 jam sebelumnya.
Ammar bangun lebih awal dan pamit kepada pengelola masjid, untuk mencari bis menuju bandara King Abdul Azis Riyadh yang hanya berjarak kurang dari 30 menit dari pusat Kota.
Suara itu datang dari speaker dibandara tersebut, rasa kagetnya belum hilang Ammar dikejutkan lagi oleh sekelompok berbadan tegap yang menghampirinya.
Mereka membawa Ammar ke mobil tanpa basa basi, mereka hanya berkata “Prince memanggilmu”.
Singkat cerita, Ammar sudah berhadapan dengan Prince.
Amarpun menceritakan bahwa ia sudah lima tahun di Kota Riyadh ini dan tidak mendapatkan kesempatan kerja yang tetap serta gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya.
Ammar kebingungan, karena gaji yang ia terima tidak pernah tetap. Bahkan sering ia tidak punya gaji sama sekali, bahkan berbulan bulan tanpa gaji dinegeri ini.
Prince memakluminya. Beliau bertanya lagi: “Berapa gaji paling besar dalam sebulan yang pernah kamu dapati?”
Prince langsung memerintahkan sekretarisnya untuk menghitung uang. 1.400 Real itu dikali dengan 5 tahun (60 bulan) dan hasilnya adalah SR 84.000 (84 Ribu Real = Rp. 184. 800.000). Saat itu juga bendahara Prince menghitung uang dan menyerahkannya kepada Amar.
Tubuh Ammar bergetar melihat keajaiban dihadapannya.
Prince baik itu menghampiri dan memeluknya seraya berkata:
“Aku tahu, cerita tentang keluargamu yang menantimu di Sudan. Pulanglah temui istri dan anakmu dengan uang ini. Lalu kembali lagi setelah 3 bulan. Saya siapkan tiketnya untuk kamu dan keluargamu kembali ke Riyadh. Jadilah Bilall dimasjidku.. dan hiduplah bersama kami di Palace ini”
Ammar tidak usah lagi membayangkan hantaman sinar matahari disiang hari yang mengigit kulitnya. Ammar tidak usah lagi memikirkan kiriman tiap bulan untuk anaknya yang tidak ia ketahui akan ada atau tidak.
Semua berubah dalam sekejap!
Lima tahun itu adalah masa yang lama bagi Ammar.
Bumi inipun Milik Allah, ..
Alam semesta, Hari ini dan Hari Akhir serta Akhirat berada dalam Kekuasaan Nya.
Subhanallah…
Seperti itulah buah dari kesabaran.
“Jika sabar itu mudah, tentu semua orang bisa melakukannya.
Jika kamu mulai berkata sabar itu ada batasnya, itu cukup berarti pribadimu belum mampu menetapi kesabaran karena sabar itu tak ada batasnya. Batas kesabaran itu terletak didekat pintu Syurga dalam naungan keridhaan Nya”.
Maha Benar Allah dengan segala Firman Nya …
Wallahua’lam bish Shawwab ….
Barakallahufikum ….
🌼KISAH INSPIRASI: Balasan dari Sebuah Kebaikan Hati🌼
sebagai makan siang saya!”
Terima Kasih sudah membacanya
Salam santun
Jumat, 25 November 2016
5 AYAT MOTIVASI.. .
(QS. Ar-Ra’d:11).
(QS. Al-Baqarah: 216).
(QS. Al-Baqarah: 286).
(QS. Al-Insyirah: 5-6).