Minggu, 15 Januari 2017

Membangun Romantisme Dihadapan Allah


SAAT suami sedang marah sebaiknya tidak dibantah, sebab emosinya akan jauh lebih parah. Sejenak mengalahlah, begitu kemarahannya mereda barulah ajak untuk bermusyawarah. Justru dengan cara yang demikian bisa berakhir dengan indah, bukankah cinta mengajarkan sabar sebagai solusi hidup tercerah. Semoga kesabaranmu akan membawa kebaikan rumah tangga yang sebenar penuh anugerah. .

Saat suami hendak berangkat kerja demi mencari nafkah, biasakanlah mengantarnya hingga di depan pintu rumah. Katakanlah, “Sepulang kerja mau diberi hidangan apa, Yah?” Dengan cara demikian membuatnya bersemangat kerja dengan niat ibadah, begitu pekerjaannya selesai ingin melepaskan penat dengan masakan istri sholehah. Insya Allah rumah tangga yang demikian sebenar keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. .

Saat suami menunda-nunda shalat tegurlah, bukan dengan bahasa kasar tetapi dengan rayuan agar berkenan menjadikanmu makmum dalam beribadah. Peluk tubuhnya lalu tersenyumlah sembari berkata saatnya membangun romantisme terbaik di hadapan Allah. Menyatukan doa batin agar proses berkarib rumah tangga dapat dipermudah. Dengan kelembutan cintamu barangkali hatinya akan tergugah, sehingga kebaikan dan keselamatan pernikahan dapat sebenar tercurah. .

Saat suami pusing akibat pekerjaan yang melimpah, tawarkanlah memijat badannya untuk meringankan penat pikir yang membuatnya gelisah. Pijatan seorang istri akan meredakan segala resah, bukan tak mungkin stress yang menegak di kepala dapat pula rebah. Dengan begitu kemesraan dapat kian membuncah, karena istri turut berperan serta dalam meneduhkan jiwa suami yang sedang terhimpit lelah. Kesalingmengertian bisa menjadikan satu sama lain saling menyayangi dalam bentangan karunia Allah. . .

Selasa, 06 Desember 2016

CURHAT SEORANG WANITA

Seorang istri bercerita:

Dulu ana datang ke suami ana, justru ana yang menawarkan diri ke suami, "Akhi maukah menikah dengan ana?'' tawarku padanya.

Waktu itu dia masih kuliah semester 8. Dia cuma bengong seribu bahasa.

Beberapa saat setelah setengah kesadarannya, dia berucap, ''Afwan ukh, anti pengen mahar apa dari ana?''

"Cukup antum bersedia menikah denganku saja itu sudah lebih dari cukup."

Bak orang awam mendaki gunung yang tinggi lagi extreme, ehh dianya langsung lemes kayak pingsan.

Besoknya datang nazhar, terus khitbah. Lalu untuk ngumpulin uang buat nikah, dia jual sepeda & komputernya untuk mahar juga.

Di awal pernikahan dia gak punya pendapatan apa2. Kita usaha bareng dan ana gak pernah nanya seberapa pendapatannya ataupun dia kerja apa.

Selama ana nikah dengannya ana belum pernah minta uang. Hingga kinipun kalo gak dikasih ya diam. Saat beras habis, ana ga masak. Saat dia nanya, "Kok gak masak beras dek?"

"Habis mas" jawabku.

"Kok gak minta uang?" lanjutnya.

Ana gak jawab, takut suami gak punya kalo ana minta. Jadi ana takut menyinggung perasaannya.

Kalo kita menghormati suami, maka suami akan menyayangi kita lebih dari rasa sayang kita ke dia.

Bahkan usaha sekarang dah maju pesat. Alhamdulillah, ibarat kata: uang 50 juta dah hal biasa. Lalu suatu hari ana tawarkan dia nikah lagi namun dia gak mau. Katanya ana itu tidak ada duanya hehe..

Rezeki bisa dicari bersama. Bagi ana usaha yang dicari bersama suami susah-payah bersama, setelah sukses maka banyak kenangan manis yang tak terlupa. Kita jadi saling memahami & mengerti karakter masing2 karena kita sering berinteraksi.

Dan bukan hal yang hina bagi ana kalo ada seorang akhawat datang menawarkan diri ke ikhwan. Ana dulu hanya melihat dari bacaan Qur'annya yg bagus & dia sangat menjaga sholatnya itu aja ga lebih.

Jadi para akhawat yg belum menikah, apa yang menghalangi anda untuk menikah muda? Apa karena melihat pendapatan materi dari ikhwan yang menghalanginya?

*Demikian kisah seorang istri tersebut

Rabu, 30 November 2016

KISAH HIKMAH: Jangan Pernah Berhenti Berdoa


Kisah nyata, terjadi di Pakistan. 

Seorang Dr Ahli Bedah terkenal (Dr. Ishan) tergesa-gesa menuju airport. Beliau berencana akan menghadiri Seminar Dunia dalam bidang kedokteran, yang akan membahas penemuan terbesarnya dibidang kedokteran.

Setelah perjalanan pesawat sekitar 1 jam, tiba-tiba diumumkan bahwa pesawat mengalami
gangguan dan harus mendarat di airport terdekat.


Beliau mendatangi ruangan informasi dan berkata "Saya ini dokter special, tiap menit nyawa manusia bergantung ke saya, dan sekarang kalian meminta saya menunggu pesawat diperbaiki dalam 16 jam?" Pegawai menjawab "Wahai dokter, jika anda terburu-buru anda bisa menyewa mobil, tujuan anda tidak jauh lagi dari sini, kira-kira dengan mobil 3 jam tiba".

Dr. Ishan setuju dengan usul pegawai tersebut dan menyewa mobil. Baru berjalan 5 menit, tiba-tiba cuaca mendung, disusul dengan hujan besar disertai petir yang mengakibatkan jarak pandang sangat pendek.Setelah berlalu hampir 2 jam, mereka tersadar bahwa mereka tersesat dan terasa kelelahan.

Terlihat sebuah rumah kecil tidak jauh dari hadapannya, dihampirilah rumah tersebut dan mengetuk pintunya. Terdengar suara seorang wanita tua "Silahkan masuk, siapa ya?" Terbukalah pintunya. Dia masuk dan meminta kepada ibu tersebut untuk istirahat duduk dan mau meminjam telponnya. 

Ibu itu tersenyum dan berkata "Telpon apa Nak? Apa anda tidak sadar ada dimana? Di sini tidak ada listrik, apalagi telepon. Namun demikian, masuklah silahkan duduk saja dulu istirahat, sebentar saya buatkan teh dan sedikit makanan utk menyegarkan dan mengembalikan kekuatan anda."


Dr. Ishan mengucapkan terima kasih kepada ibu itu, lalu memakan hidangan. Sementara ibu itu sholat dan berdoa serta perlahan-lahan mendekati seorang anak kecil yang terbaring tak bergerak di atas kasur disisi ibu tersebut, dan dia terlihat gelisah diantara tiap sholat. Ibu tersebut melanjutkan sholatnya dengan do'a yang panjang.


Dokter mendatanginya dan berkata "Demi Allah, anda telah membuat saya kagum dengan keramahan anda dan kemuliaan akhlak anda, semoga Allah menjawab do'a-do'a anda". Berkata ibu itu "Nak, anak ini adalah Ibnu Sabil yang sudah diwasiatkan Allah untuk dibantu. Sedangkan do'a-do'a saya sudah dijawab Allah semuanya, kecuali satu". Bertanya Dr. Ishan "Apa itu do'anya?" Ibu itu berkata "Anak ini adalah cucu saya, dia yatim piatu. Dia menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter-dokter yang ada di sini. Mereka berkata kepada saya ada seorang dokter ahli bedah yang akan mampu menyembuhkannya, katanya namanya Dr. Ishan, akan tetapi dia tinggal jauh dari sini, yang tidak memungkinkan saya membawa anak ini ke sana, dan saya khawatir terjadi apa-apa di jalan. Makanya saya berdo'a kepada Allah agar memudahkannya.

Menangislah Dr. Ishan dan berkata sambil terisak "Allahu Akbar, Laa haula wala quwwata illa billah. Demi Allah, sungguh do'a ibu telah membuat pesawat rusak dan harus diperbaiki lama serta membuat hujan petir dan menyesatkan kami, Hanya untuk mengantarkan saya ke ibu secara cepat dan tepat. Saya lah Dr. Ishan Bu, sungguh Allah swt telah menciptakan sebab seperti ini kepada hambaNya yang mu-min dengan do'a. Ini adalah perintah Allah kepada saya untuk mengobati anak ini".


Sumber : Faiz Alfaiz
_________  ____________


Semoga kisah ini, bisa memotivasi kita untuk tetap berdoa disetiap waktu, karena kita tidak tahu doa mana yang akan Allah kabulkan, yang terpenting kita tetap berusaha dan jangan pernah berhenti berdo'a.

Semoga Sahabat pembaca selalu diberikan nikmat sehat, istiqomah beribadah, bahagia dunia ahirat
ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار 
آمين آمين آمين يارب العالمين 

Aamiin.....

Senin, 28 November 2016

… KISAH NYATA DARI TANAH ARAB …Buah Dari Kesabaran Yang Tak Berbatas



Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim …

Ditengah gemuruhnya kota, ternyata Riyadh menyimpan banyak kisah. Kota ini menyimpan rahasia yang hanya diperdengarkan kepada telinga dan hati yang mendengar. Tentu saja, Hidayah adalah kehendak NYA dan Hidayah hanya akan diberikan kepada mereka yang mencarinya.

Ada sebuah energi yang luar biasa dari cerita yang kudengar beberapa hari yang lalu dari sahabat Saya mengenal banyak dari mereka, ada beberapa dari Palestina, Bahrain, Jordan, Syiria, Pakistan, India, Srilanka dan kebanyakan dari Mesir dan Saudi Arabia sendiri. Ada beberapa juga dari suku Arab yang tinggal dibenua Afrika. Salah satunya adalah teman dari Negara Sudan, Afrika.

Saya mengenalnya dengan nama Ammar Mustafa, dia salah satu Muslim kulit hitam yang juga kerja di Hotel ini.

Beberapa bulan ini saya tidak lagi melihatnya berkerja.
Biasanya saya melihatnya bekerja bersama pekerja lainnya menggarap proyek bangunan di tengah terik matahari kota Riyadh yang sampai saat ini belum bisa ramah dikulit saya.
Hari itu Ammar tidak terlihat. Karena penasaran, saya coba tanyakan kepada Iqbal tentang kabarnya.

“Oh kamu tidak tahu?” Jawabnya balik bertanya, memakai bahasa Ingris khas India yang bercampur dengan logat urdhu yang pekat.

“Iyah beberapa minggu ini dia gak terlihat di Mushola ya?” Jawab saya.
Selepas itu, tanpa saya duga iqbal bercerita panjang lebar tentang Ammar.
Dia menceritakan tentang hidup Ammar yang pedih dari awal hingga akhir, semula saya keheranan melihat matanya yang menerawang jauh. Seperti ingin memanggil kembali sosok teman sekamarnya itu.

Saya mendengarkan dengan seksama.
Ternyata Amar datang ke kota Riyadh ini lima tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 2004 lalu.

Ia datang ke Negeri ini dengan tangan kosong, dia nekad pergi meninggalkan keluarganya di Sudan untuk mencari kehidupan di Kota ini.

Saudi arabia memang memberikan free visa untuk Negara Negara Arab lainnya termasuk Sudan, jadi ia bisa bebas mencari kerja disini asal punya Pasport dan tiket.
Sayang, kehidupan memang tidak selamanya bersahabat.

Do’a Ammar untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di kota ini demi keluarganya ternyata saat itu belum terkabul. Dia bekerja berpindah pindah dengan gaji yang sangat kecil, uang gajinya tidak sanggup untuk membayar apartemen hingga ia tinggal di apartemen teman temannya.

Meski demikian, Ammar tetap gigih mencari pekerjaan.
Ia tetap mencari kesempatan agar bisa mengirim uang untuk keluarganya di Sudan.
Bulan pertama berlalu kering, bulan kedua semakin berat…

Bulan ketiga hingga tahun tahun berikutnya kepedihan Ammar tidak kunjung berakhir..
Waktu bergeser lamban dan berat, telah lima tahun Ammar hidup berpindah pindah di Kota ini. Bekerja dibawah tekanan panas matahari dan suasana Kota yang garang.
Tapi amar tetap bertahan dalam kesabaran.

Kota metropolitan akan lebih parah dari hutan rimba jika kita tidak tahu caranya untuk mendapatkan uang, dihutan bahkan lebih baik. Di hutan kita masih bisa menemukan buah buah, tapi di kota? Kota adalah belantara penderitaan yang akan menjerat siapa saja yang tidak mampu bersaing.

Riyadh adalah ibu kota Saudi Arabia. Hanya berjarak 7 jam dari Dubai dan 10 Jam jarak tempuh dengan bis menuju Makkah. Dihampir keseluruhan kota ini tidak ada pepohonan untuk berlindung saat panas. Disini hanya terlihat kurma kurma yang berbuah satu kali dalam setahun..

Amar seperti terjerat di belantara Kota ini. Pulang ke suddan bukan pilihan terbaik, ia sudah melangkah, ia harus membawa perubahan untuk kehidupan keluarganya di negeri Sudan. Itu tekadnya.

Ammar tetap tabah dan tidak berlepas diri dari keluarganya. Ia tetap mengirimi mereka uang meski sangat sedikit, meski harus ditukar dengan lapar dan haus untuk raganya disini.
Sering ia melewatkan harinya dengan puasa menahan dahaga dan lapar sambil terus melangkah, berikhtiar mencari suap demi suap nasi untuk keluarganya di Sudan.

Tapi Ammar pun Manusia. Ditahun kelima ini ia tidak tahan lagi menahan malu dengan teman temannya yang ia kenal, sudah lima tahun ia berpindah pindah kerja dan numpang di teman temannya tapi kehidupannya tidak kunjung berubah.

Ia memutuskan untuk pulang ke Sudan. Tekadnya telah bulat untuk kembali menemui keluarganya, meski dengan tanpa uang yang ia bawa untuk mereka yang menunggunya.
Saat itupun sebenarnya ia tidak memiliki uang, meski sebatas uang untuk tiket pulang. Ia memaksakan diri menceritakan keinginannya untuk pulang itu kepada teman terdekatnya. Dan salah satu teman baik amar memahaminya ia memberinya sejumlah uang untuk beli satu tiket penerbangan ke Sudan.

Hari itu juga Ammar berpamitan untuk pergi meninggalkan kota ini dengan niat untuk kembali ke keluarganya dan mencari kehidupan di sana saja.

Ia pergi ke sebuah Agen di jalan Olaya- Riyadh, utuk menukar uangnya dengan tiket. Sayang, ternyata semua penerbangan Riyadh-Sudan minggu ini susah didapat karena konflik di Libya, Negara tetangganya. Tiket hanya tersedia untuk kelas executive saja.
Akhirnya ia beli tiket untuk penerbangan minggu berikutnya.

Ia memesan dari saat itu supaya bisa lebih murah. Tiket sudah ditangan, dan jadwal terbang masih minggu depan.

Ammar sedikit kebingungan dengan nasibnya. Tadi pagi ia tidak sarapan karena sudah tidak sanggup lagi menahan malu sama temannya, siang inipun belum ada celah untuk makan siang. Tapi baginya ini bukan hal pertama. Ia hampir terbiasa dengan kebiasaan itu.

Adzan dzuhur bergema .. Semua Toko Toko, Supermarket, Bank, dan Kantor Pemerintah serentak menutup pintu dan menguncinya. Security Kota berjaga jaga di luar kantor kantor, menunggu hingga waktu Shalat berjamaah selesai.

Ammar tergesa menuju sebuah masjid di pusat kota Riyadh.
Ia mengikatkan tas kosongnya di pinggang, kemudian mengambil wudhu.. memabasahi wajahnya yang hitam legam, mengusap rambutnya yang keriting dengan air.

Lalu ia masuk mesjid. Shalat 2 rakaat untuk menghormati masjid. Ia duduk menunggu mutawwa memulai shalat berjamaah.

Hanya disetiap shalat itulah dia merasakan kesejukan, Ia merasakan terlepas dari beban Dunia yang menindihnya, hingga hatinya berada dalam ketenangan ditiap menit yang ia lalui.
Shalat telah selesai. Ammar masih bingung untuk memulai langkah. Penerbangan masih seminggu lagi.

Ia diam, Dilihatnya beberapa mushaf al Qur’an yang tersimpan rapi di pilar pilar mesjid yang kokoh itu. Ia mengmbil salah satunya, bibirnya mulai bergetar membaca taawudz dan terus membaca al Qur’an hingga adzan Ashar tiba menyapanya.

Selepas Maghrib ia masih disana. Beberapa hari berikutnya, Ia memutuskan untuk tinggal disana hingga jadwal penerbangan ke Sudan tiba.

Ammar memang telah terbiasa bangun awal di setiap harinya.
Seperti pagi itu, ia adalah orang pertama yang terbangun di sudut kota itu. Ammar mengumandangkan suara indahnya memanggil jiwa jiwa untuk shalat, membangunkan seisi kota saat fajar menyingsing menyapa Kota.

Adzannya memang khas. Hingga bukan sebuah kebetulan juga jika Prince (Putra Raja Saudi) di kota itu juga terpanggil untuk shalat Subuh berjamaah disana.

Adzan itu ia kumandangkan disetiap pagi dalam sisa seminggu terakhirnya di kota Riyadh.
Hingga jadwal penerbanganpun tiba. Ditiket tertulis jadwal penerbangan ke Sudan jam 05:23am, artinya ia harus sudah ada di bandara jam 3 pagi atau 2 jam sebelumnya.

Ammar bangun lebih awal dan pamit kepada pengelola masjid, untuk mencari bis menuju bandara King Abdul Azis Riyadh yang hanya berjarak kurang dari 30 menit dari pusat Kota.
Amar sudah duduk diruang tunggu dibandara, Penerbangan sepertinya sedikit ditunda, kecemasan mulai meliputinya. Ia harus pulang kenegerinya tanpa uang sedikitpun, padahal lima tahun ini tidak sebentar, ia sudah berusaha semaksimal mungkin.

Tapi inilah kehidupan, ia memahami bahwa dunia ini hanya persinggahan. Ia tidak pernah ingin mencemari kedekatannya dengan Penggenggam Alam semesta ini dengan mengeluh. Ia tetap berjalan tertatih memenuhi kewajiban kewajibannya, sebagai Hamba Allah, sebagai Imam dalam keluarga dan ayah buat anak anaknya.

Diantara lamunan kecemasannya, ia dikejutkan oleh suara yang memanggil manggil namanya.

Suara itu datang dari speaker dibandara tersebut, rasa kagetnya belum hilang Ammar dikejutkan lagi oleh sekelompok berbadan tegap yang menghampirinya.
Mereka membawa Ammar ke mobil tanpa basa basi, mereka hanya berkata “Prince memanggilmu”.

Ammarpun semakin kaget jika ia ternyata mau dihadapkan dengan Prince. Prince adalah Putra Raja, kerajaan Saudi tidak hanya memiliki satu Prince. Prince dan Princess mereka banyak tersebar hingga ratusan diseluruh jazirah Arab ini. Mereka memilii Palace atau Istana masing masing.

Keheranan dan ketakutan Ammar baru sirna ketika ia sampai di Mesjid tempat ia menginap seminggu terakhir itu, disana pengelola masjid itu menceritakan bahwa Prince merasa kehilangan dengan Adzan fajar yang biasa ia lantunkan.

Setiap kali Ammar adzan prince selalu bangun dan merasa terpanggil .. Hingga ketika adzan itu tidak terdengar, Prince merasa kehilangan. Saat mengetahui bahwa sang Muadzin itu ternyata pulang kenegerinya. Prince langsung memerintahkan pihak bandara untuk menunda penerbangan dan segera menjemput Ammar yang saat itu sudah mau terbang untuk kembali ke Negerinya.

Singkat cerita, Ammar sudah berhadapan dengan Prince.
Prince menyambut Ammar dirumahnya, dengan beberapa pertanyaan tentang alasan kenapa ia tergesa pulang ke Sudan.

Amarpun menceritakan bahwa ia sudah lima tahun di Kota Riyadh ini dan tidak mendapatkan kesempatan kerja yang tetap serta gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya.

Prince mengangguk nganguk dan bertanya: “Berapakah gajimu dalam satu bulan?”
Ammar kebingungan, karena gaji yang ia terima tidak pernah tetap. Bahkan sering ia tidak punya gaji sama sekali, bahkan berbulan bulan tanpa gaji dinegeri ini.

Prince memakluminya. Beliau bertanya lagi: “Berapa gaji paling besar dalam sebulan yang pernah kamu dapati?”

Dahi Ammar berkerut mengingat kembali catatan hitamnya selama lima tahun kebelakang. Ia lalu menjawabnya dengan malu: “Hanya SR 1.400″, jawab Ammar.

Prince langsung memerintahkan sekretarisnya untuk menghitung uang. 1.400 Real itu dikali dengan 5 tahun (60 bulan) dan hasilnya adalah SR 84.000 (84 Ribu Real = Rp. 184. 800.000). Saat itu juga bendahara Prince menghitung uang dan menyerahkannya kepada Amar.

Tubuh Ammar bergetar melihat keajaiban dihadapannya.
Belum selesai bibirnya mengucapkan Al Hamdalah,
Prince baik itu menghampiri dan memeluknya seraya berkata:
“Aku tahu, cerita tentang keluargamu yang menantimu di Sudan. Pulanglah temui istri dan anakmu dengan uang ini. Lalu kembali lagi setelah 3 bulan. Saya siapkan tiketnya untuk kamu dan keluargamu kembali ke Riyadh. Jadilah Bilall dimasjidku.. dan hiduplah bersama kami di Palace ini”

Ammar tidak tahan lagi menahan air matanya. Ia tidak terharu dengan jumlah uang itu, uang itu memang sangat besar artinya di negeri Sudan yang miskin. Ammar menangis karena keyakinannya selama ini benar, Allah sungguh sungguh memperhatikannya selama ini,
kesabarannya selama lima tahun ini diakhiri dengan cara yang indah.

Ammar tidak usah lagi membayangkan hantaman sinar matahari disiang hari yang mengigit kulitnya. Ammar tidak usah lagi memikirkan kiriman tiap bulan untuk anaknya yang tidak ia ketahui akan ada atau tidak.

Semua berubah dalam sekejap!
Lima tahun itu adalah masa yang lama bagi Ammar.
Tapi masa yang teramat singkat untuk kekuasaan Allah.
Nothing Imposible for Allah,
Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah..
Bumi inipun Milik Allah, ..

Alam semesta, Hari ini dan Hari Akhir serta Akhirat berada dalam Kekuasaan Nya.
Inilah buah dari kesabaran dan keikhlasan.

Ini adalah cerita nyata yang tokohnya belum beranjak dari kota ini, saat ini Ammar hidup cukup dengan sebuah rumah di dalam Palace milik Prince. Ia dianugerahi oleh Allah di Dunia ini hidup yang baik, ia menjabat sebagai Muadzin di Masjid Prince Saudi Arabia di pusat kota Riyadh.

Subhanallah…
Seperti itulah buah dari kesabaran.
“Jika sabar itu mudah, tentu semua orang bisa melakukannya.
Jika kamu mulai berkata sabar itu ada batasnya, itu cukup berarti pribadimu belum mampu menetapi kesabaran karena sabar itu tak ada batasnya. Batas kesabaran itu terletak didekat pintu Syurga dalam naungan keridhaan Nya”.

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”. (Al Fushilat 35)

Allahuakbar!

Maha Benar Allah dengan segala Firman Nya …
Wallahua’lam bish Shawwab ….
Barakallahufikum ….

🌼KISAH INSPIRASI: Balasan dari Sebuah Kebaikan Hati🌼


Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir di depan sebuah rumah makan cepat saji di kota metropolitan.

Menunggu sampai tamu di restoran sudah agak sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk ke dalam restoran tersebut. “Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih.” Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan.
Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya.

Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar berkata dengan pelan: “Dapatkah Bapak menyiram sedikit kuah sayur di atas nasi saya?”
Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum: “Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar!”

Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir: “Di restoran ini, kuah sayur gratis.”
Lalu ia memesan semangkuk lagi nasi putih. “Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya.”

Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini. “Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah
sebagai makan siang saya!”

Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin diluar kota, demi menuntut ilmu datang ke kota untuk menempuh pendidikan, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti.
Pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging goreng dan sebutir telur disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda ini.

Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak mengerti, kenapa daging goreng dan telur disembunyikan di bawah nasi.

Suaminya kemudian membisik kepadanya: “Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk di atas nasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung dan lain kali dia tidak akan datang lagi. Jika dia ke tempat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah.”

“Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya.”
“Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku?” sambut suaminya dengan senyum hangat.

Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain.
“Terima kasih, saya sudah selesai makan.” Pemuda ini pamit kepada mereka.
Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka.

“Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat!” katanya sambil melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan datang lagi.

Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah kerumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari. Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat sekolah.

Setelah tamat sekolah, selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi di restoran tersebut karena sudah bekerja di kota lain.
_________________________
Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus digusur. Suami istri ini tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan di luar negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik.

Pada saat kepanikan seperti ini,masuklah seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya seperti direktur dari kantor yang bagus.

“Apa kabar? Saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan. Saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami. Perusahaan kami telah menyediakan semuanya. Kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana, keuntungannya akan dibagi dua dengan perusahaan.”

“Siapakah direktur diperusahaan Anda? Dan mengapa ia begitu baik terhadap kami? Saya tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia!” sepasang suami istri ini berkata dengan terheran.

“Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami! Direktur kami paling suka makan telur dan daging goreng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu. Yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya.”

Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul. Setelah bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya.
Dia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini. Jika mereka tidak membantunya dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sesukses sekarang.

Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya. Pemuda ini berdiri dari kursi direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam berkata kepada mereka: “Bersemangat ya! Di kemudian hari perusahaan tergantung kepada kalian, sampai bertemu besok!”

__________ ___________

Saudaraku ,dari cerita tersebut dapat kita pelajari bahwa kebaikan hati seseorang belum tentu dirasakan hasilnya segera. Bisa jadi salah satu kebaikan yang pernah kita tunjukkan akan bermanfaat di kemudian hari. Jangan pernah berhenti untuk berbuat baik terhadap sesama.


Semoga bermanfaat, semakin memotivasi kita untuk berbuat baik, kapanpun dan dimanapun

Terima Kasih sudah membacanya
Salam santun

Jumat, 25 November 2016

5 AYAT MOTIVASI.. .



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

1. Kita bisa berubah, jika kita mau mengubah diri kita... “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,”
(QS. Ar-Ra’d:11).

2. Ada kebaikan di balik yang tidak kita sukai... “Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui,“
(QS. Al-Baqarah: 216).

3. Kita pasti sanggup... “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya,”
(QS. Al-Baqarah: 286).

4. Ada kemudahan bersama kesulitan... “Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,”*
(QS. Al-Insyirah: 5-6).

5. Takwa dan tawakallah... “Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya,” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)...

Silahkan LIKE & SHARE jika dirasa bermanfaat....

Rabu, 23 November 2016

KISAH SUKSES DAKWAH ABDURRAHMAN PATALONG PETTA BASO, AMIR JAMAAH THAILAND

Suatu hari Panglima Angkatan Bersenjata Thailand yang kini menjabat Perdana Menteri, Jenderal Prayut Chan Ocha, terbang dari Bangkok menuju Pesantren An Nur, Provinsi Yala, Thailand Selatan.

Dia datang untuk tujuan yang sangat penting, yaitu menemui Amir Jamaah Thailand yang juga pembina Pondok, Abdurrahman Patalong Petta Baso. Petta Baso, adalah Keturunan Raja Bone ke - 24, Andi Baso Pute.

Dengan perasaan gelisah, kepada Petta Baso, ia meminta nasehat untuk menyelesaikan konflik berdarah di Yala, Pattani, dan Nharatiwat yang melibatkan mujahidin Muslim dan tentara Thailand yang sudah berlangsung puluhan tahun.

Trliunan dana telah dihabiskan untuk menyelesaikan konflik ini, tapi tak kunjung usai. "Kuncinya tentara harus lembut, jangan keras kepada jihadi. Tentara boleh merebut senjata dari tangan mereka, tapi kamu tak akan bisa tangkap senjata di 'otak' mereka, "tegas Petta Baso. Ia minta kepada .pemerintah agar para mujahidin yang menyerahkan diri jangan ditangkap tapi diikutkan usaha dakwah selama 6 bulan.
Usulan Petta Baso diterima. Sebelumnya para Mujahidin yang ditangkap ditahan 10 sampai 20 tahun. Kini 5.800 mujahidin sudah ikut usaha dakwah dan diterima dengan baik oleh pemerintah.

Hebatnya lagi, Petta Baso juga menolak semua bantuan dana dari pemerintah, termasuk bantuan untuk pesantrennya. Sebaliknya justeru dia yang membantu tentara membangunkan kamp-kamp.

Kini konflik di Thailand Selatan sudah mulai reda. Sewaktu banjir besar melanda Bangkok, bersama Jamaah Dakwah Thailand, Petta Baso mengirimkan 6 kontainer bantuan dan Jutaan Bath Thailand.

Usaha Petta Baso mengenalkan Islam yang lemah lembut telah membuat 20 Jenderal Thailand masuk Islam, demikian juga biksu- biksu Budha berbondong-bondong masuk Islam.

Petta Baso telah mengorbankan diri dan hartanya untuk agama Allah, akhirnya dunia pun tunduk pada dirinya. Bila bertemu Petta Baso, Jenderal Thailand kini cium tangan. Kini dia juga menjadi penasehat Kerajaan Thailand.

Di pesantrennya yang sangat luas ia hanya menempati kamar yang sangat kecil sekitar 2x3 meter dengan fasilitas yang sangat sederhana.

Semoga menjadi hikmah bagi kita semua. Amin.


Dikisahkan oleh Zainal Dalle