Minggu, 13 November 2016

KISA YERUSALEN DAN JENDERAL MUSLIM "SALAHUDIN"

Adakah yang mengetahui sejarah Salahuddin Ayyubi di Yerusalem, Israel? Nama jenderal Muslim dari abad ke-12 itu seharusnya bergaung dalam sejarah, sebagai perebut Yerusalem, kemudian memerintahnya. Sejarah Ayyubi di Yerusalem seolah terkubur bersama sepinya masjid yang dahulu adalah rumahnya, Masjid Khanqah Salihiyya.

Masjid tersebut tersembunyi di dekat jalan berliku yang gelap, hanya sebuah plang plastik menandai lokasinya—sama sekali tidak menunjukkan bahwa dahulu jenderal Muslim yang kuat pernah tinggal di sini.

Padahal, Masjid Salihiyya adalah satu dari dua masjid di Yerusalem. Namun masjid bersejarah tersebut sepi pengunjung. Penjaga masjid, Shalhoub, bercerita dahulu masjid ini pernah lebih besar dan megah.

Sekarang Masjid Salihiyya hanya terbuka untuk umum ketika waktu shalat tiba. Masjid yang dahulu menjadi tempat berkumpulnya para sufi ini makin pudar dari sejarah Islam, memperlihatkan lemahnya dokumentasi dan narasi yang mengabadikan warisan budaya Muslilm di Israel tersebut.

Sementara setiap minggu, Israel terus mendokumentasikan dan mempublikasikan artefak-artefak budaya Kristen. Narasi, cerita sejarah Muslim di Yerusalem tergerus, menyisakan kisah Masjid Al-Aqsa.

Seorang pemandu wisata Yerusalem asal Palestina, Hisham Khatib, menyetujui situasi menyedihkan tentang sejarah Islam di Israel. Tidak ada yang mendokumentasikan sejarah Islam di Kota Tua.

“Sejarah disebarkan dari mulut ke mulut, cerita paling tua adalah yang diceritakan oleh kakek,” ujarnya seperti dilansir middleeastmonitor.com, Selasa (2/2).

“Kami tidak memahami sejarah kami sendiri. Tidak ada cendekiawan, profesor, orang-orang intelek yang dapat mempertahankan sulitnya kehidupan kami (penduduk Palestina, red) dalam konteks sejarah. Kami tidak memiliki kisah sebagai orang Palestina.”

Menyedihkannya, sebuah peninggalan yang terlupakan, Moroccan Quarter pun tak pernah terdokumentasikan. Masjid tua tersebut hilang diratakan dengan tanah, di mana seharusnya isu tersebut dapat diperdebatkan, diangkat lebih jelas.


USAI BEBASKAN YERUSALEM, SALAHUDIN MENANGIS

Karen Amstrong dalam bukunya Perang Suci menggambarkan, saat Salahudin dan pasukan Islam membebaskan Palestina, tak ada satu orang Kristen pun yang dibunuh. Tak ada pula perampasan harta benda. Jumlah tebusan pun disengaja sangat rendah.

Salahuddin menangis tersedu-sedu karena keadaan mengenaskan akibat keluarga-keluarga yang hancur terpecah-belah. Dan ia pun membebaskan banyak dari mereka, sesuai imbauan Alqur’an,” papar Amstrong. Keadilan dan kenegarawanan Salahudin pun membuat umat Nasrani yang tinggal di Yerusalem saat itu berdecak kagum. Seorang tua penganut Kristen pun bertanya kepada Salahudin. ”Kenapa tuan tidak bertindak balas terhadap musuh-musuhmu?”

Salahudin menjawab, ”Islam bukanlah agama pendendam bahkan sangat mencegah dari melakukan perkara di luar perikemanusiaan, Islam menyuruh umatnya menepati janji, memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf dan melupakan kekejaman musuh ketika berkuasa walaupun ketika musuh berkuasa, umat Islam ditindas.”Mendengar jawaban itu, bergetarlah hati orang tua itu. Ia pun kemudian berkata, ”Sungguh indah agama tuan! Maka diakhir hayatku ini, bagaimana untuk aku memeluk agamamu?” Salahudin pun berkata, ”Ucapkanlah dua kalimah syahadah.” 

Kemuliaan akhlak Salahudin juga tergambar dalam film Kingdom of Heaven besutan sutradara Ridley Scott, ketika dia mengangkat salib yang jatuh tergeletak di tanah dan menempatkan kembali pada tempatnya.

Hingga kini, kemuliaan hati dan keberanian Salahudin masih tetap dikenang umat Islam dan orang-orang Barat. Menurut Dr. Jonathan Phillips, pengajar di University of London dan penulis beberapa buku tentang Perang Salib, Salahudin merupakan pahlawan utama bagi umat Islam.


Dikutip dari "Republika Online"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar