Saya ada cerita tentang sahabat saya yang punya “amalan Shalat” luar biasa. Dia selalu menjaga sholat di awal waktu. Apa yang terjadi? Dengan menjaga sholat wajib di awal waktu ternyata dia mendapatkan keberkahan yang tidak pernah terbayang sebelumnya.
Sahabat saya yang satu ini, profesi awalnya adalah sopir angkot. Setiap hari dia menyupir angkot dengan sistem setoran kemajikan. Setor karena angkotnya punya orang lain.
Nah suatu hari, majikannya bangkrut, karena semakin mahalnya harga bensin. Akhirnya sahabat saya ini, katakanlah Rahmat jadi tidak punya mata pencaharian. Karena angkot majikannya sudah dijual.
Karena Rahmat bukan tipe orang yang gampang putus asa, akhirnya dia mencari pekerjaan lain. Dipilihlah becak sebagai jalan ikhtiarnya. Sebab hanya berprofesi sebagai tukang becak yang mampu dia jalani, kehidupannya pun sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan kurang.
Dia tinggal bersama tiga putri dan seorang istrinya di sebuah rumah kontrakan yang mungkin cuma layak disebut kamar. Tidak ada yang istimewa dari kehidupan sehari-harinya. Pagi-pagi pergi dari rumah mencari penumpang, sore pulang. Setiap hari seperti itu.
Namun setelah dicermati, tenyata ada satu hal yang membuat Rahmat berbeda dari abang becak lainnya, bahkan dari kebanyakan kita. Rahmat selalu menjaga sholat di awal waktu, dan selalu dia lakukan di Masjid.
Dimanapun dia berada selalu menyempatkan bahkan memaksakan sholat di awal waktu. Setiap mendekati waktu sholat, jika tidak ada penumpang, dia akan mangkal di tempat yang dekat dengan masjid. Agar pada saat azan berkumandang dia bisa bersegera ke masjid.
Pokoknya dia tidak pernah ketinggalan sholat wajib awal waktu bahkan selalu berjamaah di masjid. Dan tenyata itu sudah berlangsung lebih dari dua tahun. Istri dan ketiga putrinya pun begitu, mereka selalu sholat di awal waktu, meskipun berada di rumah.
Singkat cerita, suatu hari ketika Rahmat sedang mangkal di dekat salah satu hotel berbintang di Bandung. Ada seorang ibu turun dari mobil Merzi tiba-tiba mendekati Rahmat dan meminta untuk diantar ke salah satu tempat perbelanjaan di kawasan alun-alun kota Bandung.
Ketika si Ibu itu bilang minta dianter memakai becak Rahmat malah balik nanya. “Engga salah Bu naik becak ?” kata Rahmat.
“Engga Bang, jalanan macet, biar mobil disimpen di hotel aja, sekalian sopir saya istirahat,” jawab si Ibu.
Maka diantarlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan yang dia minta. Rahmat pun mengayuh becak masih dalam keadaan kaget. Ketika mendekati alun-alun Bandung, terdengarlah suara adzan dzuhur dari Masjid Raya Jawa Barat.
Rahmat langsung belokkan becak ke pelataran parkir Majid. Si Ibu pun heran dengan apa yang Rahmat lakukan.
“Bang kok berhenti disini?” kata si Ibu.
“Iya Bu, udah adzan, Allah udah manggil kita buat sholat.”
“Saya mau sholat dulu. Ibu turun disini aja, tokonya udah dekat koq, di belakang masjid ini. Biarin Bu GA USAH BAYAR.”
“Tanggung Bang, lagian saya takut nyasar,” kata si Ibu.
“Kalo Ibu mau saya anter saya sholat dulu, ya, Bu.”
Setelah selesai sholat Rahmat pun kembali menuju ke becaknya. Ternyata si Ibu dan asistennya masih nunggu di becak. Diantarlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan di belakang Masjid Raya.
“Bang tunggu disni ya, ntar antar lagi saya ke hotel,” kata si Ibu.
“Iya Bu, tapi kalo Ibu balik lagi ke becak pas adzan ashar, ibu tunggu dulu di sini, saya jalan kaki ke masjid.”
Singkat cerita si Ibu kembali ke becak jam 15.30. Kemudian di becak dia nanya di mana Rahmat tinggal.
Si Ibu penasaran dengan kebiasaan Rahmat, demi sholat di awal waktu berani meninggalkan penumpang di becak, ga peduli dibayar atau tidak. “Bang, saya pengen tau rumah abang,” kata si Ibu.
“Waduh emangnya kenapa Bu?” tanya Rahmat kaget.
“Saya pengen kenal sama keluarga abang,” kata si Ibu.
“Jangan Bu, rumah saya jauh. Lagian di rumah saya engga ada apa-apa.”
Si Ibu terus memaksa. Akhirnya setelah menunggu si Ibu sholat jamak dzuhur dan ashar di hotel, mereka pun pergi menuju rumah Rahmat.
Tapi kali ini Rahmat pakai becak, si Ibu mengikuti di belakangnya pake mobil Merzi terbaru. Setibanya di rumah kontrakan Rahmat, si Ibu kaget, karena rumahnya sangat kecil. Tapi kok berani tidak dibayar demi sholat.
Mungkin karena penasaran si Ibu nanya. “Bang koq berani engga dibayar?”
“Rezeki itu bukan dari pekerjaan kita Bu, rezeki itu dari Allah, saya yakin itu. Makanya kalo Allah manggil kita harus dateng.”
“Haiyya ‘Alal Fallaah … kan jelas Bu. Marilah kita menuju kemenangan, kesejahteraan, kebahagiaan. Saya ikhtiar udah dengan narik becak, hasilnya gimana Allah. yang penting kitanya takwa ke Allah ya kan Bu?” kata Rahmat.
“Saya yakin janji Allah di QS Al-Baqarah ayat 3.” kata Rahmat. Si Ibu pun terdiam sambil meneteskan air mata.
Setelah dikenalkan dan ngobrol dgn keluarga Rahmat si Ibu pun pamit. Sambil meminta Rahmat mengantarkannya kembali minggu depan.
“Insya Allah saya siap Bu,” kata Rahmat. Si Ibu pun pamit sambil memberi ongkos becak ke Istrinya Rahmat. Setelah si Ibu pergi ongkos becak yang dimasukan kedalam amplop dibuka oleh Rahmat. Ternyata isinya satu juta rupiah. Rahmat dan keluarganya pun kaget dan bersyukur atas apa yang telah Allah berikan melewati si Ibu tadi.
[Lanjut ke Part 2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar