Senin, 12 Oktober 2015

Keajaiban Shalat Tepat Waktu [Part 2]

Seminggu kemudian Rahmat mendatangi hotel tempat si Ibu. Setelah bertanya ke satpam, Rahmat tidak diperbolehkan masuk. Satpam tidak percaya ada tamu hotel bintang lima janjian sama seorang tukang becak. Rahmat tidak memaksa, dia kembali ke becaknya.

Nah, itu pula yang sering kita lakukan, seringkali kita melihat orang dari penampilannya. Padahal Allah tidak melihat pangkat, jabatan, pekerjaan, harta, warna kulit kita. Allah hanya melihat ketakwaan kita. Karena penasaran Rahmat tidak masuk-masuk ke Lobby Hotel, akhirnya si Ibu keluar, dan melihat Rahmat sedang tertidur di becaknya.

“Bang, kenapa engga masuk?” Tanya si Ibu sambil membangunkan Rahmat.

“Gak boleh sama satpam Bu,”jawab Rahmat.

“Bang, kan kemaren abang yang ngajak saya jalan-jalan pake becak. Sekarang giliran saya ngajak abang jalan-jalan pake mobil saya,” kata si Ibu.

“Lah, Ibu ini gimana sih, katanya mau saya anter ke toko lagi,” kata Rahmat.

“Iya mau dianter tapi bukan ke toko bang,” kata si Ibu di awal waktu.

Setelah diajak naik mobil Merzi nya si Ibu, Rahmat pun menolaknya, karena dia merasa kebingungan.

“Mau dibawa kemana saya Bu ?” Tanya Rahmat

"Saya pake becak saya aja, ngikut di belakang mobil Ibu. Engga pantes saya naik mobil sebagus itu,” kata Rahmat

“Lagian becak saya mau ditaro di mana?”

Namun setelah dibujuk oleh sopir dan asisten si Ibu, Rahmat pun mau ikut naik mobil. Becaknya dititip di parkiran belakang hotel.

Berangkatlah mereka dari hotel. Masih dengan rasa penasaran Rahmat pun bertanya, “mau kemana sih Bu?”

Di salah satu kantor Bank Syariah, mereka pun berhenti. “Bang, pinjem KTP nya ya”, kata asisten si Ibu.

“Waduh apalagi nih?” pikir Rahmat.

“Buat apa Neng? Koq saya diajakin ke Bank, trus KTP buat apa?”, kata Rahmat heran.

Akhirnya asisten si Ibu menjelaskan, bahwa ketika minggu lalu mereka diantar Rahmat belanja, si Ibu mendapatkan sebuah pelajaran. Pelajaran hidup yang sangat mendalam. Di mana seorang abang becak dengan kehidupan yang pas-pasan tapi begitu percaya kepada janji Allah.

Sementara si Ibu yang merupakan seorang pengusaha besar dan suaminya pun pengusaha, selama ini kadang ragu pada janji Allah. Seringkali, akibat kesibukan mengurus usaha, belanja, meeting dll, dia menunda-nunda sholat. Bahkan tidak jarang lupa sholat.

“Nah sejak minggu lalu setelah pulang dari Bandung, Ibu mulai merubah kebiasaannya. Dia selalu berusaha sholat awal waktu”, kata asisten.

Saat pulang ke Jakarta, suaminya pun heran dengan perubahan si Ibu. Padahal dia juga punya kebiasaan yang sama dengan istrinya. Setelah diceritakan asal mula perubahan itu, suaminya pun menyadari, bahwa selama ini mereka salah. Terlalu mengejar dunia. Oleh karena itu Ibu dan suaminya ingin menghadiahi abang Rahmat untuk berangkat haji. Mendengar akan DIBERANGKATKAN IBADAH HAJI, Rahmat pun kaget campur bingung.

Dengan spontan Rahmat MENOLAK hadiah itu. “Engga mau neng, saya engga mau berangkat haji dulu. Meskipun itu doa saya tiap hari.”

“Loh koq engga mau Bang?” kata asisten kaget.

“Apa kata tetangga dan sodara-sodara saya nanti neng, saat saya pulang berhaji. Koq ke haji bisa tapi masih ngebecak?”

“Memang berangkat haji adalah cita-cita saya. Tapi nanti setelah saya mendapatkan pekerjaan selain narik becak neng.”

Akhirnya asisten berdiskusi dengan si Ibu. Sambil menunggu mereka diskusi. Rahmat pun tidak henti-hentinya bertanya pada Allah.

“Ya Allah pertanda apakah ini?” kata Rahmat.

Tidak lama si Ibu menghampiri Rahmat dan bertanya “Bang, kan abang bisa bawa mobil, bagaimana kalau menjadi supir di perusahaan saya di Jakarta?”

“Waduh … Jakarta ya, Bu? Ntar, keluarga saya gimana di sini. Anak-anak masih butuh bimbingan saya. Apalagi semuanya perempuan. Kayaknya engga deh Bu. Biar saya pulang aja deh. Insya Allah kalau Allah ridho lain kali pasti saya diundang untuk berhaji.”

Akhirnya si Ibu membujuk Rahmat untuk mendaftar haji dulu. Berangkatnya mau kapan terserah, yang penting dia menjalankan amanat suaminya. Kemudian si Ibu menelpon suaminya, menjelaskan kondisi yang ada mengenai Rahmat. Setelah selesai mendaftar haji di Bank, kemudian mereka pergi menuju sebuah dealer mobil.

“Kok masuk ke dealer mobil, Bu? Ibu mau beli mobil lagi? Mobil ini kurang gimana bagusnya?” kata Rahmat bingung. Sambil tersenyum si Ibu meminta Rahmat menunggu di mobil. Dia pun turun bersama asistennya. Selang setengah jam, si Ibu kembali ke mobil sambil membawa kwitansi pembayaran tanda jadi mobil.

“Nih bang, barusan saya sudah membayar tanda jadi pembelian mobil angkutan umum, pelunasannya nanti kalau trayek sudah diurus.”

“Mobil angkutan umum ini buat bang Rahmat, hadiah dari suami saya.” Kata si Ibu.

“Jadi sambil menunggu keberangkatan abang ke haji tahun depan, abang bisa menabung dengan usaha dari mobil angkutan milik sendiri.”

Sambil meneteskan air mata tidak henti-hentinya Rahmat mengucap syukur kepada Allah.
“Ini bukan dari saya dan suami saya, ini dari Allah melalui perantaraan saya,” kata si Ibu.

“Hadiah karena abang selalu menjaga sholat di awal waktu. Dan itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya dan suami.”

“Mudah-mudahan kita semua bisa istiqomah menjaga sholat di awal waktu ya bang,” kata si Ibu.

Akhirnya mereka pun kembali ke hotel, namun sebelumnya mampir di masjid untuk sholat dzuhur berjamaah. Setelah sholat dzuhur kemudian makan siang, mereka pun berpisah. Rahmat pulang ke rumah dengan becaknya. Si Ibu langsung ke Jakarta.

Setelah itu kehidupan Rahnat semakin membaik. Dia sudah memiliki rumah sendiri, walapun nyicil. Yang tadinya dia seorang supir angkot dan abang becak, sekarang dia jadi pemilik angkot dan sudah berhaji.

Alhamdulillah sampai saat ini Rahmat masih terus menjaga sholat awal waktu, malah semakin yakin dengan janji Allah.

Cerita ini merupakan KISAH NYATA, meskipun ada beberapa penambahan dan pengurangan dalam penuturannya.

Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, dan menjadikan kita semakin yakin dengan janji Allah.

Sahabat, ... Jika Allah berkehendak, semuanya akan menjadi nyata. Mari kita jaga sholat di awal waktu, untuk mendapatkan keberkahan dari-Nya.

“Jangan tinggalkan pula sholat dhuha dan tahajud-nya yach .. Semangat!!” Demikian kami mengakhiri kisah yang dibaginya. Allahu akbar!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar